OBJEK KAJIAN SEMIOTIKA " LUKISAN RADEN SALEH DAN NICOLAAS PIENEMAN (STUDI KASUS PADA LUKISAN PENANGKAPAN PANGERAN DIPONEGORO) "
Pendahuluan
Raden Saleh Syarif Bustaman lahir pada tahun 1807 di Semarang di pulau Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Hadhrami dimana ayahnya adalah Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, seorang Indonesia keturunan Arab. Ia adalah cucu dari Sayyid Abdullah Bustaman secara maternal. Raden Saleh terhubung dengan Habib Ali Kwitang melalui saudara perempuannya, Roqayah, yang menikah dengan ayah Ali Kwitang, Abdurrahman tetapi tidak memiliki anak.
Isi
- Bentuk Formal : Lukisan ( Visual )
Penelitian ini berdasarkan pada metode kualitatif yang dimana menurut Bogdan & Biklen. S, penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang dapat berupa ucapan atau tulisan. Dalam menganalisis karya tersebut, akan dibagi menjadi tiga sub bab analisis yang meliputi analisis karya dengan mengacu pada teori Semiotika Pierce, dimana merujuk pada relasi triadic dalam semiotic, yaitu antara representament, object dan interpretant yang terdiri dari ikon, indeks dan symbol yang ditampilkan seniman pada tiap karyanya.
- Penanda
Di dalam karya Raden Saleh ini seniman menggambarkan objek realistis dengan kejadian nyata yang menggambarkan kepahlawanan dan semangat kebangkitan nasional, menandakan awal perkembangan seni lukis modern Indonesia, dan satu-satunya lukisan sejarah perjuangan di abad ke-19 yang berukuran besar.
- Pertanda
Lukisan ini merupakan lukisan pertama yang dibuat oleh Raden Saleh Syarif Bustaman, Dalam karya ini mengartikan bahwa menegosiasikan akhir pertikaian dan mewujudkan kesepakatan bersama. Lukisan dibuat dengan gaya Romantisisme, diterakan pada permukaan kanvas menggunakan cat minyak yang memenuhi seluruh kanvas. Bingkainya menggunakan kayu yang berukir. Lukisan ini merupakan lukisan sejarah pertama di Asia Tenggara di antara sejarah lukisan aliran Eropa.
- Kesimpulan
Penangkapan Pangeran Diponegoro telah dianggap menjadi contoh dari nasionalisme Asia Tenggara awal dalam seni rupa. Dalam buku buatannya tahun 1998, John Clark menyatakan bahwa lukisan tersebut mendeklarasikan "kamu melakukan ini kepada kami, namun kami tetaplah kami" kepada Belanda. Analisis tersebut didukung oleh Carey, yang menyebut penghadiahan lukisan tersebut sebagai sebuah "isyarat belakang tangan penasaran" terhadap raja Belanda. Dalam analisis objek kajian semiotika diatas tentang karya lukis Raden Saleh Syarif Bustaman dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian kajian semiotika ini sangat dibutuhkan sebagai media untuk mengkaji karya seniman yang memiliki kecenderungan menghadirkan symbol-simbol dalam karyanya agar seni sebagai media komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Sekian Tulisan saya mengenai Objek Kajian Semiotika Seni Rupa dan Desain, Terima Kasih.
Comments
Post a Comment